Wednesday 12 February 2014

Budidaya Tanaman Padi SRI


Tabloid Kita - Kali ini saya akan membahas tentang Budidaya Tanaman Padi SRI atau yang biasa dikenal dengan System of Rice Intensification (SRI),  Metode ini merupakan suatu inovasi dalam teknik budidaya padi. Di beberapa tempat, SRI dilaporkan telah berhasil meningkatkan produktivitas padi hingga dua kali lipat.



SRI pertama kali dikembangkan di Madagaskar oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis. Dia mempublikasikan metode temuannya pada tahun 1983. Oleh penemunya, metodologi ini disebut Ie Systme de Riziculture Intensive (bahasa Perancis). Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.

Perlu kita ketahui bahwa metode SRI ini lebih menguntungkan petani karena :



  1. meningkatkan produksi lebih dari 50 %
  2. bibit berkurang 80-90%
  3. air irigasi bekurang 25-50%
  4. pupuk kimia dikurangi atau bisa ditiadakan
  5. beras yang dihasilkan lebih tinggi dan eunak tenan.
Secara praktis ada 5 prinsip dasar dari pola SRI yaitu :

  1. menggunakan bibit muda
  2. jarak tanam yang lebar dengan bibit tunggal
  3. mempertahankan tanah basah tapi tidak menggenang
  4. mempertinggi soil organik
  5. sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin

Teknis Budidaya Padi Organik Metode SRI adalah sbb:

A. Pengolahan Tanah

Tanah diolah sempurna dengan dibajak dan digaru sambil disebari Dolomit 250 - 500 kg dan pupuk organik/kompos 5 – 10 kg per ha.
Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut. Setelah tanah diratakan,buatlah parit di bagian pinggir dan tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.

B.Persiapan Bibit

Kebutuhan benih untuk tanaman padi model SRI adalah 5-7 kg per hektar lahan.Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam

C. Penanaman

Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 7 - 10 hari setelah semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” (Jawa.) atau kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang.
Pada metode SRI digunakan sistem tanam tunggal, yaitu satu lubang tanam diisi satu bibit padi. Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L).
Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal.

D. Pemupukan Setelah Tanam

Pemupukan susulan dilakukan umur 15-20 hari setelah tanam dengan UREA = 100 kg dan NPK = 100 kg, umur 40-50 hari setelah tanam ZA = 50 kg dan NPK = 100 kg.

E. Pengelolaan Air dan Penyiangan

Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut :


  1. Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macak-macak”.
  2. Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja, Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap I.
  3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST.
  4. Umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
  5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (±15-20 hari sebelum panen).
  6. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT ( Pengelolaan Hama Terpadu ). Dengan sistem ini, petani diajak untuk bisa mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Cara yang dilakukan petani misalnya dengan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari bahan-bahan alami dan musuh alami yang berasal dari jamur dan virus untuk menghalau hama, seperti wereng, penggerek batang, walang sangit, keong mas dan burung.
Untuk pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga manusia dan sama sekali tidak memakai herbisida. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode SRI, gulma yang tumbuh akan relatif banyak karena sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air ( disarikan dari berbagai sumber).

Demikian tadi pembahasan tentang Budidaya Tanaman Padi SRI yang kami bagikan, semoga pembahasan ini dapat berguna dan bermanfaat untuk Anda.

Budidaya Tanaman Padi SRI Rating: 4.5 Diposkan Oleh: dicky